Apakah Yusril Ihza Mahendra Membela HRS? Berikut Penjelasannya
Yusril Ihza Mahendra ketika ditanya wartawan apakah ia akan membela Habieb Rizieq? Yusril menjawab, “Minta saja pembelaan sama Prabowo. Saya sudah pernah dikatakan kafir oleh Habib karena memihak Jokowi di Pilpres yang lalu”.
Pertanyaan wartawan tersebut masuk diakal karena Yusril dan Habieb pernah sepanggung, berasal dari genre yang sama yaitu Islam politik yang kalau ditarik-tarik DNA-nya akan sampai ke Masyumi, partai yang sangat dikagumi Yusril.
Apa alang ketika Yusril kadung sakit hati lantaran dicap kafir oleh sang Habieb yang dijuluki Imam Besar Umat Islam.
Tidak hanya Yusril yang pernah kena palu godam fatwa dari sang Habieb. Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dan YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) juga pernah mengalami hal yang sama. Sejak FPI didirikan tahun 1998 organisasi ini sudah menjadikan dua lembaga HAM dan kemanusiaan ini sebagai musuh.
FPI memfatwakan kedua organisasi ini sebagai antek-antek liberalisme, sosialisme, komunisme, Yahudi dan Nasrani yang bermuka perjuangan demokrasi dan kemanusiaan.
Hal ini wajar sebab pandangan-pandangan yang dimiliki Kontras dan YLBHI berbeda jauh dengan pandangan yang diyakini FPI terutama dalam hal kebebasan dan hak asasi manusia.
Kontras dan YLBHI membela komunitas-komunitas minoritas yang mendapat diskriminasi mayoritas serta tidak mendapat perlindungan secukupnya dari negara semisal Syiah dan Ahmadiyah. Menurut FPI Kedua paham ini tak ada “eleng-eleng” harus dibumi hanguskan dari Indonesia.
Begitu juga saat Kontras dan YLBHI mendukung pelaksanaan referendum di Timor Leste, FPI juga punya pandangan kalau Kontras dan YLBHI melaksanakan agenda politik Kristiani internasional memecah belah negara umat Islam terbesar di dunia.
Ketika Kontras dan YLBHI pernah melakukan pembelaan terhadap korban negara tahun 1965, mengumpulkan korban di kantor YLBHI dan melakukan pemutaran film testimoni seputar kekerasan negara yang berkedok pemberantasan PKI tahun 1965, kantor mereka diseruduk massa yang memakai atribut FPI. Para aktivis dan korban yang ada didalam kantor saat itu kucar kacir. Massa menuduh Kontras dan YLBHI sebagai komunis baru Indonesia.
Kini FPI sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri.
Kontras dan YLBHI turut usaha membela organisasi yang pernah memusuhinya ini.
Menurut dua lembaga yang pernah dipiloti oleh almarhum Munir ini pembubaran FPI berlawanan dengan konstitusi negara yang mengatur kebebasan berbicara, berkumpul dan berserikat.
Saya bisa memahami pembelaan Kontras dan YLBHI kepada FPI. Ini bukan lantaran ada Munarman, mantan pengurus YLBHI dan Kontras yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Umum FPI.
Pembelaan ini karena independensi Kontras dan YLBHI kepada nilai-nilai yang mereka yakini benar bahwa hukum menaungi semuanya, melindungi siapapun termasuk orang-orang yang berseberangan dengan kita, yang tak sepaham dengan kita bahkan orang yang kita benci sekalipun patut mendapat keadilan.
Saya yakin kalau ditanyakan kepada semua aktivis Kontras dan YLBHI apakah mereka senang dengan FPI? Hampir semua -saya yakin- mereka akan menjawab tidak suka.
Alasan utamanya, ya seperti alasan pemerintah karena mereka suka main hakim sendiri, sering atas nama agama merasa memiliki otoritas melakukan kekerasan terhadap warga negara yang lain, memaksa kehendak dan hal-hal lain yang jauh dari nilai-nilai demokrasi itu sendiri.
Namun disini posisi Kontras dan YLBHI bukan tentang suka dan tidak suka, tetapi tentang nilai keadilan yang berlandaskan kepada konstitusi kita bahwa negara tidak boleh semena-mena terhadap kebebasan sipil yang dilindungi sejak para pendiri mencetuskan mendirikan negara ini, Republik Indonesia.
Ketakutan besar YLBHI dan Kontras pembubaran FPI bisa menjadi preseden dimasa mendatang bahwa negara tanpa keputusan pengadilan bisa membububarkan setiap organisasi yang berseberangan dengan kekuasaan.
Terlepas dari itu semua saya menghormati moralitas Kontras dan YLBHI. Serta bisa memahami kebijaksanaan yang dimiliki Yusril Ihza Mahendra.
Ada satu catatan kepada lembaga semisal Kontras dan YLBHI bahwa moralitas-moralitas seperti ini sering akan memakan diri sendiri. Sesuatu yang kita perjuangkan bisa saja akan menjadi bumerang kerugian kepada diri kita sendiri, sedihnya hal tersebut biasa terjadi ketika perjuangan tersebut berhasil diperjuangkan. Ada anekdot satir tentang perjuangan yaitu revolusi sering memakan anaknya sendiri. Disini lembaga-lembaga dengan moralitas seperti Kontras dan YLBHI rentan menjadi anak-anak yang menjadi korban dari revolusi yang ia turut serta didalamnya.