Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Partai Demokrat dalam Pilpres Amerika


Partai Demokrat dalam Pilpres Amerika


Sejak era tayangan “Dunia Dalam Berita” di TVRI masih menjadi rujukan dalam mengikuti perkembangan politik dunia, saya sudah jatuh cinta dengan Partai Demokrat Amerika.

Partai politik di Amerika memperlihatkan warna prinsipil yang jelas membedakan antara satu dengan yang lainya. Dengan begitu kita bisa mendefinisikan diri kita siapa lewat partai politik yang kita pilih.

Partai Demokrat yang dinisbahkan berhaluan kiri-tengah memang eksentrik dalam pilihan-pilihan politiknya. Jangan heran kalau di Partai Demokrat kita bisa menemukan ada muslim/muslimah yang terpilih menjadi anggota DPR. Tak harus dari kalangan kulit putih saja tapi juga Afrika dan Asia.

Maka lumrah saja kalau Obama lewat Partai Demokrat bisa terpilih menjadi presiden Amerika kulit hitam pertama.

Calon presiden yang diusung Partai Demokrat sering sekali berusia muda dibarengi dengan prestasi yang membuat rakyat Amerika bisa berbangga. Sebut saja Kennedy yang menjadi presiden pada usia 43 tahun, Bill Clinton pada usia 46 tahun dan Obama pada usia 47 tahun.

Begitu juga halnya secara gender, empat tahun lalu Partai Demokrat mencalonkan Hillary Clinton menjadi calon presiden Amerika pertama dari kalangan perempuan dan bisa memenangkan dukungan suara terbanyak dari rakyat namun tak terpilih karena kalah di electoral college.

(Saya tak menghitung Victoria Woodhull)

Pemilihan presiden kemarin di Amerika kembali dimenangkan Partai Demokrat lewat pasangan Joe Biden - Kamala Harris.

Yang menarik dari kemenangan Biden adalah sosok wakil presidennya yang perempuan dari latar belakang keluarga imigran campuran Asia dan Afrika.

Biasa posisi calon wakil presiden tidak mencolok dalam kampanye presiden di Amerika. Tapi kali ini Kamala Harris lebih menonjol. Bukan karena ia perempuan saja. Bukan karena eksplotasi rasialnya yang berbeda pada umumnya tapi juga kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari pidato-pidato Kamala yang lebih memikat dibanding Biden sendiri.

Meski demikian, pada awal konvensi Partai Demokrat yang lalu, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Biden, saya justru menginginkan Michelle Obama bisa dinominasikan sebagai calon presiden Amerika.

Pada akhirnya saya mengucapkan selamat kepada Rakyat Amerika atas hajatan pemilihan presiden yang baru saja berlansung sukses dengan beragam dinamika demokrasi didalamnya sebagai ekpresi kebebasan dan kebudayaan manusia.

Semoga dunia jadi lebih baik.